Rabu, 06 Juni 2018

MASYARAKAT AKU


foto: www.cosmopolitan.com

Foto siapa yang Anda unggah di Instagram, Facebook, Path, dan sejenisnya. Opini atau cerita siapa yang anda kemukakan di status media sosial? Ya, Anda. Dengan kata lain: “Aku”. Semua yang menjadi perhatian dalam dunia cyber adalah “Aku”. Semua cerita berisi tentang “Aku”. Tulisan, gambar, foto, atau video yang diunggah merupakan bentuk “presentasi diri” setiap individu, setiap "aku". 
Dunia maya merupakan tempat di mana kita semua membangun “identitas diri” seperti yang kita inginkan—terlepas dari benar atau palsu. Kita ingin identitas diri ini disukai oleh banyak orang, memiliki banyak pengikut dan selalu mendapat perhatian.  Salah satu fenomena yang muncul kemudian adalah apa yang disebut “mikroselebriti” di mana seseorang memiliki banyak pengikut dan terkenal di kalangan pengguna media sosial.
Menurut Castells (2014), “Masyarakat jaringan” (network society) kita saat ini adalah produk revolusi digital dan beberapa perubahan sosiokultural utama. Salah satunya adalah bangkitnya masyarakat Me-centered, berpusat pada aku, yang ditandai oleh peningkatan fokus pada pertumbuhan individu dan memudarnya masyarakat yang dipahami dari segi ruang, pekerjaan, keluarga, dan lainnya.
“Masyarakat Aku” berarti setiap individu memiliki kebebasan untuk mengekspresikan diri. Setiap individu bebas untuk mengungkapkan pendapat pribadinya, menyampaikan kritik dan masukan. Setiap individu bebas membagikan informasi yang dimilikinya—tidak peduli benar atau salah. Risikonya, setiap orang pun dapat  menyampaikan segala jenis emosi yang dirasakannya—meliputi kesedihan, kemarahan, dan kegembiraan—sebagaimana adanya kepada publik atau  warganet. Bahkan lebih dari itu, setiap orang dapat melakukan penghinaan, provokasi, pornografi, bullying, penyebaran informasi salah, hoaks, dsb.  Maka “masyarakat Aku” merupakan masyarakat yang mengalami campur aduk antara iklim yang segar dan sehat maupun tumpukan sampah tak berguna atau malah berbahaya.
Anda bisa bayangkan sendiri, bagaimana setiap individu yang berinteraksi dalam dunia semacam itu? Seperti apa pola pikir dan kepribadiannya? Seperti apa opini dan sikapnya? Tidak semua orang memiliki kesadaran, sikap kritis dan akal sehat menghadapi semua hal yang tersaji di dunia maya.
Sahrul Mauludi